Home » Merawat Modal Sosial AFEBSI: Menguatkan Sinergi Nasional melalui Forum Guru Besar

Merawat Modal Sosial AFEBSI: Menguatkan Sinergi Nasional melalui Forum Guru Besar

news.afebsi.or.id — Setiap gagasan besar sering lahir dari percakapan sederhana. Begitu pula dengan tulisan ini, yang bermula dari obrolan ringan bernuansa guyon maton parikeno antara penulis—dalam kapasitas sebagai Ketua DPD AFEBSI Jawa Timur—dengan Bapak Achmad Rozi, Ketua Umum DPN AFEBSI Nasional. Dari dialog akrab itu terselip kabar penting, bahwa DPN AFEBSI tengah menginisiasi Forum Guru Besar AFEBSI melalui sebuah grup WhatsApp. Hingga awal September 2025, tercatat sudah ada sekitar 50 profesor yang bergabung, terdiri dari sosok-sosok akademisi terkemuka tanah air.

Beberapa di antaranya adalah nama besar yang tidak asing di kancah akademik maupun publik nasional. Antara lain:

  1. Prof. Hermanto Siregar, Rektor Perbanas Institute Jakarta sekaligus anggota Majelis Akreditasi Lamemba.
  2. Prof. Yuddy Crisnandi, Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, serta Guru Besar FEB Universitas Nasional Jakarta.
  3. Prof. Haryono Umar, mantan Pimpinan KPK RI periode 2007–2010 yang kini menjabat sebagai Wakil Rektor Perbanas Institute Jakarta.
  4. Prof Edy Suandi Hamid, beliau mantan Rektor UII, mantan Ketua Forum Rektor dan juga Mantan Ketua APTISI pusat. Beliau juga Ketua Dewan pakar Afebsi nasional.

Kehadiran forum Guru Besar AFEBSI ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah momentum strategis. Ia menandai hadirnya modal sosial akademik yang semakin kokoh dalam tubuh AFEBSI.

AFEBSI dan Modal Sosial: Perspektif Coleman

James Coleman, dalam teorinya tentang social capital menekankan bahwa modal sosial muncul dari relasi, kepercayaan, serta norma yang hidup dalam jejaring sosial. Modal sosial memungkinkan aktor-aktor di dalam jaringan itu untuk bertindak lebih efektif dalam mencapai tujuan kolektif. Dengan kata lain, modal sosial bukan sekadar akumulasi individu, melainkan daya ungkit bersama.

Jika teori Coleman itu kita tarik ke konteks AFEBSI, forum Guru Besar menjadi instrumen yang menghubungkan pengetahuan, pengalaman, dan jejaring lintas kampus. Kehadiran para profesor dengan reputasi nasional bukan hanya menambah legitimasi, tetapi juga memperluas kapasitas kolektif AFEBSI dalam memengaruhi kebijakan, mengembangkan standar akademik, hingga membangun reputasi organisasi pada level yang lebih tinggi.

Bargaining Power dan Aset Kolektif

AFEBSI sejatinya telah memiliki basis yang kuat sebagai asosiasi para dekan dan pimpinan fakultas ekonomi dan bisnis. Namun dengan bergabungnya para Guru Besar dalam satu forum yang terkoordinasi, nilai tawar (bargaining power) organisasi semakin meningkat.

AFEBSI tidak hanya berbicara soal pengelolaan fakultas, melainkan juga mampu menghadirkan suara akademik yang kredibel dalam percaturan kebijakan publik dan pendidikan nasional. Kehadiran tokoh seperti Prof. Hermanto Siregar dengan kapasitasnya di bidang kebijakan ekonomi.

Prof. Yuddy Crisnandi dengan pengalaman birokrasi dan politik, serta Prof. Haryono Umar dengan rekam jejaknya dalam pemberantasan korupsi, jelas memperkuat posisi AFEBSI sebagai mitra strategis negara dan masyarakat, tak lupa ada Prof. Edy Suandi Hamid, mantan ketua APTISI pusat.

Implikasi bagi Daerah dan Masa Depan AFEBSI

Bagi AFEBSI di daerah, keberadaan forum Guru Besar ini ibarat payung besar yang memberikan legitimasi tambahan. Daerah tidak lagi bergerak sendiri, melainkan menjadi bagian dari ekosistem nasional yang diperkuat oleh jejaring profesor. Hal ini membuka peluang bagi peningkatan kualitas akademik, kolaborasi riset, hingga akses yang lebih luas pada pengembangan kebijakan berbasis ilmu pengetahuan.

AFEBSI ke depan dapat menjadi contoh nyata bagaimana organisasi profesi membangun reputasi bukan hanya melalui struktur, melainkan juga melalui modal sosial yang kuat. Inisiatif ini adalah fondasi penting menuju peran AFEBSI sebagai thought leader dalam ekosistem pendidikan tinggi ekonomi dan bisnis di Indonesia.

Penutup

Tulisan ini lahir dari sebuah obrolan sederhana, namun menyimpan makna strategis. Apa yang dimulai dari guyon maton parikeno sesungguhnya menandai babak baru dalam perjalanan AFEBSI, mengonsolidasikan kekuatan intelektual bangsa dalam satu forum yang kokoh.

Seperti dikatakan Coleman, modal sosial adalah energi kolektif yang membuat sebuah komunitas mampu melampaui keterbatasan individu. Forum Guru Besar AFEBSI adalah wujud nyata dari energi itu—sebuah aset berharga yang patut dirawat dan diarahkan bagi kemajuan pendidikan, kebijakan, dan bangsa.

“Ilmu pengetahuan adalah cahaya; dan cahaya itu akan semakin terang bila dipantulkan bersama.”

Urip iku Urup. Setiap kata adalah cahaya. Semoga catatan kecil ini menjadi sedekah yang menyalakan kebaikan bersama.

Salam hangat dan hormat.

Dr. Agus Andi Subroto
Ketua DPD AFEBSI Jatim, serta Dekan Fakultas Hukum dan Bisnis ITB Yadika Pasuruan.
Surabaya, 5 September 2025.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *