news.afebsi.or.id — Pagi ini, tatkala layar Zoom mulai berpendar, saya merasakan sebuah denyut baru. Denyut yang datang dari 270 wajah muda—anak-anak bangsa yang kelak menjadi pemilik masa depan negeri ini. Denyut itu tumbuh perlahan, lalu mengalir deras ketika lagu Indonesia Raya dikumandangkan oleh host acara. Suara itu menjadi semacam peneguh: bahwa apa yang sedang kami lakukan, sekecil apa pun, sedang ikut menambal, menyulam, dan menata masa depan republik.
Webinar nasional Universitas Mercubuana Yogyakarta pagi ini dimulai tepat waktu. Rapi, disiplin, dan penuh hormat terhadap undangan. Sesuatu yang selalu saya sukai. Dari ruang kerja saya di Pasuruan, saya bisa merasakan kesungguhannya merambat sampai ke sini.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Dr. Hasan As’ari, SE., M.M., CAP., membuka acara dengan ketenangan seorang pendidik yang matang. Lalu tibalah giliran saya, dipersilakan oleh moderator, Bapak Azfa Mutiara A, SE., MEK., untuk memulai kisah panjang tentang creative preneurship—tentang bagaimana menciptakan nilai di tengah ekonomi digital yang bergerak cepat dan berkelanjutan.
Di hadapan mereka, saya hanyalah seorang pembelajar yang kebetulan berdiri lebih dulu. Tetapi antusiasme mereka membuat waktu 1,5 jam terasa seperti lima belas menit. Pertanyaan tak berhenti muncul. Tangan-tangan teracung, mata-mata berbinar. Ada rasa hangat yang hanya bisa saya rasakan ketika berada di antara generasi muda yang berani bermimpi.
Dan di sela diskusi, saya sempat menengok layar: 270 peserta. Astaga. Betapa besar ruang kepercayaan yang diberikan pagi ini.
Lebih dari itu, ada sesuatu yang membahagiakan: kesempatan bersilaturahmi antara Dekan FHB ITB Yadika Pasuruan dan Dekan FEB Universitas Mercubuana Yogyakarta. Dua fakultas, dua kota, satu ruang digital—menautkan niat yang sama: mendidik dengan sepenuh hati.
Saya melihat keakraban kecil tumbuh di sana, kehangatan kolaborasi yang tidak dibuat-buat. Rasanya seperti melihat dua obor dinyalakan berdampingan—cahayanya saling melengkapi, bukan saling mengalahkan.
Sebuah sertifikat diberikan kepada saya. Tapi lebih dari itu, saya merasa telah menerima sesuatu yang lebih mahal: penguatan ikatan kolaborasi AFEBSI, komunitas yang terus membuka jalan bagi fakultas ekonomi dan bisnis di seluruh penjuru negeri.
Dalam hati saya berkata pelan, Maturnuwun Gusti. Atas kesempatan berbagi. Atas energi pagi ini.
Atas keberanian anak-anak bangsa untuk bertanya, mendengar, dan melangkah.
Kelak, mungkin mereka tidak ingat semua materi yang saya sampaikan. Tetapi jika ada satu kalimat saja yang mampu menumbuhkan keberanian di dada mereka, maka perjalanan ke Mercubuana pagi ini tidak sia-sia.
“Ilmu yang dibagi dengan niat tulus selalu menemukan jalannya kembali—entah melalui masa depan siapa.”
Bismillah, semoga dua kampus, dua fakultas, dan satu komunitas besar AFEBSI
terus maju, terus tumbuh, dan terus memberi manfaat bagi republik ini.