Ditjen Diktiristek Jajaki Peluang Kolaborasi Riset dengan CSIRO untuk Akselerasi Bangun Ekosistem Inovasi

Jakarta-Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) melalui Kedaireka menggelar Webinar Pengenalan dan Peluang Kolaborasi dengan The Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) pada Senin (30/8). Adapun tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mengenalkan potensi-potensi kerja sama yang dapat dilakukan antara Ditjen Diktiristek dan CSIRO. CSIRO sendiri merupakan sebuah lembaga pemerintah Australia yang bertanggung jawab atas penelitian ilmiah.

Dalam kesempatan tersebut, Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Nizam menjelaskan CSIRO adalah organisasi penelitian yang memiliki reputasi global yang bekerja sama dengan dunia internasional. Salah satu contoh produk hasil riset CSIRO adalah Wi-fi yang saat ini sering kita gunakan. Hasil riset tersebut membuktikan bahwa riset inovasi itu bisa terjadi dan dihilirisasi. Ketika hilirisasi itu terjadi maka ekonomi tumbuh, muncul ekonomi dan teknologi baru yang akan menggerakkan ekonomi dan menciptakan dunia baru.

“Semuanya dimulai dari riset-riset yang kemudian ditangkap oleh industri, dan kemudian jika kita bisa akselerasi melalui pernikahan antara kampus dengan DUDI maka kita harapkan invensi dari perguruan tinggi itu tidak lama untuk bisa didifusi menjadi produk-produk yang berguna bagi masyarakat,” ungkap Nizam.

Adapun Kedaireka merupakan platform untuk berkolaborasi antara DUDI dengan perguruan tinggi di Indonesia yang mengusung semangat Kampus Merdeka untuk mengkolaborasikan serta mengawinkan antara kampus dan kampus kehidupan. Oleh karena itu, Kedaireka hadir sebagai ruang pertemuan antara para akademisi, pelaku dunia usaha, industri, masyarakat, dan pemerintah daerah. Pada akhirnya, diharapkan agar permasalahan yang dihadapi di lapangan dipertemukan dengan solusi yang ada di perguruan tinggi baik dari risetnya maupun sumber daya manusianya.

“Bersama-sama kita menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh mitra sehingga riset perguruan tinggi betul sejalan dengan kebutuhan di hilir. Oleh karena itu tidak ada lagi istilah menghilirkan semua bersama-sama mencapai tujuan yang sama, dengan peran masing-masing, tetapi melakukan secara bersama-sama, bersinergi dan berkolaborasi. Dengan demikian, kita bisa menjadikan kampus-kampus kita sebagai mata air, dan sebagai solusi bagi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Bangsa, masyarakat, DUDI, maupun dunia kerja kita,” pungkas Nizam.

Dengan adanya kerja sama antara CSIRO dan Kedaireka Nizam pun berharap dapat mengakselerasi dan membangun ekosistem inovasi di tanah air serta menggerakkan perguruan tinggi menjadi solusi bagi berbagai permasalahan bangsa. Nizam menyebut, saat ini plastik menjadi masalah di seluruh dunia dan Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat limbah plastik yang sangat tinggi. Untuk itu, kerja sama Kedaireka dan CSIRO ini diharapkan dapat membangun innovation hub di bidang plastik, sehingga Indonesia mempunyai satu misi untuk mengatasi permasalahan plastik tersebut.

“Saya berharap innovation hub ini bisa mengakselerasi perkembangan riset dan teknologi serta untuk memecahkan permasalahan plastik di tanah air yang berkontribusi pada penyelesaian plastik di seluruh dunia,” harapnya.

Hal senada disampaikan oleh Director CSIRO Indonesia Amelia Fyfield bahwa CSIRO mempunyai misi untuk memecahkan masalah terbesar yang sedang dihadapi dunia dengan menggunakan sains dan teknologi yang inovatif. CSIRO fokus pada penerjemahan ilmu pengetahuan menjadi suatu impact atau dampak positif untuk dunia terutama melalui komersialisasi.

“Saat ini CSIRO pemegang paten terbesar di Australia yang bekerja sama dengan lebih dari 3.000 mitra industri di 80 negara, sehingga kami benar-benar terfokus pada menerjemahkan teknologi menjadi produk dan solusi dalam dunia real. Bekerja di CSIRO merupakan hal yang luar biasa, karena bekerja dengan 5.000 orang yang sama-sama berkomitmen untuk merealisasikan dampak positif bagi dunia dan setiap harinya membawa penemuan baru, teknologi, dan solusi baru,” ungkap Amelia.

Terkait permasalahan sampah plastik, Principal Research Scientist CSIRO Denise Hardesty menyampaikan bahwa selama lima belas tahun terakhir adanya dampak plastik ditemukan pada hewan-hewan laut. Oleh sebab itu, perlu adanya kebijakan yang mungkin bisa diterapkan dan efektif jika dilakukan untuk membenahi masalah sampah plastik ini. Sehingga banyak uang yang dikeluarkan untuk membangun infrastruktur guna mengurangi sampah plastik. Hal ini tidak hanya di kawasan Australia dan Indonesia saja melainkan di seluruh dunia. Tim CSIRO telah menerbitkan 6.080 laporan tentang hal ini dan mereka juga bekerja sangat erat dengan pemerintah dan industri untuk mengidentifikasikan efek yang aman, solusi dan terjangkau untuk membantu mengurangi kerugian yang disebabkan oleh plastil terhadap lingkungan.

“Kami telah bekerja sama dengan Indonesia untuk mengurangi polusi dan plastik sekitar 70% yang masuk ke lingkungan sekitar, dan saya juga mendapati beberapa peluang untuk keterlibatan mitra universitas serta anggota masyarakat lainnya untuk melakukan upaya dalam pengurangan sampah plastik,” ujar Denise.

Pada kesempatan yang sama Robertus Setiawan Aji Nugroho Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Katolik Soegijapranata mengatakan bahwa kolaborasi merupakan hal yang sangat penting dan akan memudahkan peneliti untuk bisa menjangkau pasar global. Oleh sebab itu, berkolaborasi dengan CSIRO akan membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat dan negara.

“Untuk itu dalam membangun sebuah pasar algoritma melalui kolaborasi yang kemudian hasil dari penelitian kami, bisa kami publikasikan di jurnal internasional. Awal mula diskusi penelitian kami sebetulnya sangat-sangat sederhana sekali, ternyata hasil dari diskusi penelitian kami bisa dikembangkan menjadi sesuatu yang berdampak,” pungkas Robertus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *