Home » Secercah Harapan dari Ngabuburit Nasional: Buku, Kafe, Jurnal, dan Literasi Sosial

Secercah Harapan dari Ngabuburit Nasional: Buku, Kafe, Jurnal, dan Literasi Sosial

news.afebsi.or.id — Berjejaring dan merawat networking tidaklah terbatas oleh wilayah. Meski Mister AAS sehari-hari bermukim di Kota Pahlawan, Surabaya, dan mengabdi di ITB Yadika Pasuruan, langkah-langkah kecil dalam dunia literasi bisa menembus batas, menjangkau sudut-sudut negeri, hingga ke ujung barat Pulau Jawa.

Sore tadi, dalam acara Ngabuburit Nasional bersama IKAPI Banten, kami berdiskusi tentang literasi sosial. Bersama Bapak Andi Suhud, Ketua IKAPI Banten; Bapak Eko Supriatno, seorang pembicara luar biasa; serta dimoderatori oleh Bapak Achmad Rozi, Sekretaris IKAPI Banten sekaligus Ketua DPN AFEBSI Nasional, obrolan kami mengalir hangat. Dari pukul 16.00 hingga menjelang azan Maghrib, berbagai perspektif berkembang, mulai dari peran literasi dalam dunia akademik hingga refleksi atas buku, kafe, dan jurnal.

Kegiatan Ngabuburit Nasional IKAPI BAnten ini merupakan kediatan rutin yang diadakan setiap bulan Ramadhan, dan kali ini adalah Seri kedua yang dilaksanakan. Bekerjasama dengan ICMI Orwil Banten, IDRI Banten dan AFEBI, Ngabuburit Nasional Ikapi Banten ini diikuti oleh peserta dari berbagai wilayah yang semakin menguatkan eksistensi kegiatan IKAPI Banten.

Dari diskusi ini, semakin jelas bahwa para pendiri bangsa kita adalah kampiun literasi. Mereka bukan sekadar pembaca yang rakus, tetapi juga pemahat kata yang mengguncang zaman. Bung Karno dengan tulisan retorisnya yang membakar semangat anak bangsa, Mohammad Hatta dengan analisis ekonomi yang tajam dan berbasis data, Tan Malaka dengan gagasan revolusionernya, Agus Salim dengan kecerdasan diplomatisnya, hingga Ki Hadjar Dewantara dengan pemikiran pendidikan yang tetap relevan hingga kini.

Andi Suhud Trisnahadi selaku Ketua IKAPI Banten

Dalam kesempatan ini, Mister AAS berbagi pandangan tentang bagaimana menulis bisa menjadi candu—layaknya gim di warung kopi bagi anak muda. Menulis bukan sekadar aktivitas, tetapi sebuah jalan untuk berbagi, mengabadikan sudut pandang atas fenomena sosial, dan menemukan makna dalam keberadaan diri.

Diskusi selepas pemaparan materi pun tak kalah menarik. Bagaimana memantik ide menulis? Bagaimana menjaga semangat berkarya? Semua ini menjadi bahan perbincangan yang menggugah. Di era digital, menulis tidak harus terpaku pada buku cetak yang memakan biaya besar. E-book dan platform digital membuka ruang bagi siapa saja untuk tetap berkarya tanpa batas.

Dari acara ini, satu kesimpulan yang mengemuka: siapa pun bisa menulis. Bahan tulisan berserakan di sekitar kita, tinggal bagaimana kita mengolahnya dengan cermat. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer,
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah.”

Maka, teruslah menulis—sebab literasi adalah jejak peradaban yang tak lekang oleh waktu.

Terima kasih kepada IKAPI Banten yang telah mengundang Mister AAS untuk berbagi seputar literasi sosial sore tadi. Semoga silaturahmi dan kerja sama ini terus berlanjut dalam bentuk yang lebih positif dan produktif bagi negeri tercinta. Aamiin.👏👍🙏😚❤️

AAS, 22 Maret 2025
Warkop Langganan, Rungkut, Surabaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *